zmedia

Banser Jombang Gelar Diklatsus Tiga Satuan: Menjadi Setia, Siaga, dan Satria untuk Kiai dan Negeri

Banser Jombang Gelar Diklatsus Tiga Satuan: Menjadi Setia, Siaga, dan Satria untuk Kiai dan Negeri

JOMBANG, jagaddesa86.com – Takbir menggema di langit Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Jombang, saat ratusan kader muda Ansor dan Banser mengawali Diklatsus (Pendidikan dan Latihan Khusus) tiga satuan penting: Provost, Balantas, dan Bagana, Jumat (11/7/2025). Di bawah terik matahari dan langkah barisan yang teratur, lahirlah semangat baru: menjadi Banser bukan sekadar pilihan organisasi, tapi jalan jihad menjaga ulama, marwah Nahdlatul Ulama, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebanyak  252 peserta
kader pilihan dari seluruh penjuru Jawa Timur berkumpul dalam pelatihan terpadu yang pertama kali digelar oleh PC GP Ansor Jombang dan Satkorcab Banser Jombang. Sebuah gebrakan organisasi yang tak hanya bernuansa teknis, tetapi juga ideologis dan penuh semangat kebangsaan.

> “Ibu cuma bilang, nek wes milih ngelakoni urip dadi Banser, ojo setengah-setengah. Iki laku jihadmu,” ujar salah satu peserta mengutip pesan ibunya yang meneguhkan tekadnya mengikuti pelatihan ini.

Tiga Nafas Banser: Setia, Siaga, dan Satria
Pelatihan ini bukan semata baris-berbaris, bela diri, atau simulasi bencana. Para kader digembleng dalam tiga nilai utama Banser: Setia, Siaga, dan Satria.

Setia, berarti loyal dan tulus menjaga kehormatan ulama dan organisasi. Banser Provost dituntut tegas dalam menegakkan disiplin, bahkan kepada sesama anggota.

> “Banser itu bukan untuk dilayani, tapi melayani. Bukan beban organisasi, tapi tameng terdepan,” tegas H. Rizza Ali Faizin, Kepala Satkorwil Banser Jawa Timur saat membuka kegiatan.

Siaga, menjadi karakter Banser Balantas dan Bagana dalam merespons kecelakaan dan bencana. Mereka dilatih untuk tidak hanya tangkas, tapi juga penuh empati dan ketenangan.


> “Kita tidak berharap bencana datang. Tapi Banser tidak boleh tidur. Siaga adalah harga mati,” ucap Kaji Rizza.

Satria, adalah jiwa militan Banser. Siap setiap waktu menjaga NU dan NKRI. Bukan karena jabatan, bukan karena imbalan, tapi karena panggilan iman dan cinta pada tanah air.

Bukan Soal Jabatan, Tapi Warisan Perjuangan
Ketua PC GP Ansor Jombang, Gus Fiqi, menegaskan bahwa menjadi kader Ansor-Banser bukanlah tentang kedudukan, tapi tentang warisan perjuangan.

> “Apa yang kita wariskan untuk generasi setelah kita? Kita bukan sedang mencari posisi, tapi sedang menanam amal jariyah perjuangan,” ucapnya.

Dalam pelatihan ini, mereka datang dari latar belakang beragam—santri, buruh, petani, guru ngaji, sopir—tapi bersatu dalam semangat yang sama. Tanpa upah, tanpa fasilitas, tapi penuh cinta terhadap para kiai dan bangsa.

Banser: Menjaga dengan Cinta, Bukan Dendam

> “Banser itu bukan tentara yang bawa senjata, tapi bawa cinta,” tutur seorang peserta, memandang seragam barunya yang masih berdebu.
Cinta itulah yang membuat Banser rela berjaga malam di acara keagamaan. Cinta yang membuat mereka memikul bantuan ke pelosok saat banjir. Cinta pula yang membuat mereka tetap bertahan, meski kadang dihina, bahkan oleh sesama umat.

Tiga Hari Pelatihan, Seumur Hidup Pengabdian

Diklatsus ini digelar selama tiga hari, mulai 11–13 Juli 2025, namun nilai yang ditanamkan akan hidup sepanjang hayat. Bagi mereka, ini bukan sekadar pelatihan. Ini adalah pernyataan hidup: menjadi Banser yang Setia, Siaga, dan Satria — dengan hati santri, jiwa satria, dan cinta tak berbatas untuk ulama dan Indonesia.

Banser bukan jalan nyaman, tapi jalan keyakinan. Bukan jalan yang dibayar, tapi jalan yang penuh berkah.
Jayalah Banser, Jayalah Ansor, Jayalah Indonesia!(Mif)