Pembaiatan Sakral di Megaluh: Pendekar Pagar Nusa Teguhkan Komitmen Ke-NU-an
Usai tahlil, Kang Yanto menyampaikan wejangan penuh makna. Beliau menekankan bahwa menjadi kader militan Pagar Nusa tidak cukup hanya dengan kemampuan fisik, tetapi harus ditempa dengan nilai-nilai pesantren, akhlakul karimah, dan keistiqamahan dalam menjalankan amaliyah para kiai.
Jombang,jagaddesa 86.com-
Dalam suasana yang penuh khidmat dan keberkahan, sebanyak 10 pendekar santri dari Pagar Nusa resmi menjalani prosesi pembaiatan di Padepokan Lingpasraga, Desa Megaluh, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, pada Sabtu (17/5/2025). Acara ini dipimpin langsung oleh Pembina Padepokan, Kang Yanto, dengan disaksikan para sesepuh, kader, serta tokoh masyarakat.
Rangkaian kegiatan diawali dengan tahlil bersama yang dipimpin oleh Kang Arsyad, kader senior Pagar Nusa. Suasana khusyuk terasa saat doa-doa para kiai dan muassis dipanjatkan, sebagai bentuk tawassul dan pengharapan akan keberkahan perjuangan para pendekar.
Usai tahlil, Kang Yanto menyampaikan wejangan penuh makna. Beliau menekankan bahwa menjadi kader militan Pagar Nusa tidak cukup hanya dengan kemampuan fisik, tetapi harus ditempa dengan nilai-nilai pesantren, akhlakul karimah, dan keistiqamahan dalam menjalankan amaliyah para kiai.
> “Pagar Nusa dilahirkan oleh kiai yang sekaligus pendekar, dan pendekar yang hidup dalam napas pesantren. Maka kader Pagar Nusa harus menjadi santri sejati—bukan hanya dalam nama, tapi dalam sikap dan laku,”
Kang Yanto juga mengingatkan pentingnya peran pendekar sebagai penjaga kondusivitas, terlebih menjelang momentum politik seperti pemilu. Pendekar santri harus menjadi perekat harmoni dan pembawa maslahat di tengah masyarakat, serta setia kepada para kiai dan ulama.
Puncak acara ditandai dengan prosesi pembaiatan yang berlangsung secara sakral dan penuh spiritualitas. Dalam pembaiatan tersebut, Kang Yanto menitipkan pesan agar para pendekar senantiasa istiqamah menjaga amaliyah KH. Abdullah Mahsum Jauhari serta wirid-wirid para kiai NU, termasuk Asma’ Kurung dan dzikir Lā ghaliba illā billāh.
> “Jika ada pendekar Pagar Nusa yang meninggalkan amaliyah dan wirid para kiai, itu pertanda bahwa ia belum sungguh-sungguh berhikmat dalam NU dan NKRI,” tegasnya.
Dengan pembaiatan ini, para pendekar santri Pagar Nusa diharapkan mampu menjadi penjaga gawang akidah ahlussunnah wal jama’ah an-nahdliyah, sekaligus menjadi garda terdepan dalam merawat tradisi, mengabdi pada ulama, dan menjaga keutuhan bangsa.(Thil)